Peninggalan Masa Hindu-Budha di Palembang: Situs Bukit Siguntang
Situs Bukit Siguntang: Sebuah Bukit Suci Masa Silam
Sumber:
Gambar 2. Situs Bukit Siguntang
Gambar 3 dan 4. Bagian
dalam Situs Bukit Siguntang (dok. Pribadi)
Gambar
5. Bukit Siguntang dilihat dari satelit
Bukit Siguntang adalah sebuah bukit
kecil yang tingginya ±26 meter di atas permukaan laut. Terletak di Kelurahan
Bukit Lama Kecamatan Ilir Barat II sekitar 5 km dari pusat kota. Bukit Siguntang
merupakan wilayah yang tinggi diantara dataran rendah kota palembang yang
rata-rata memiliki ketinggin 5-15 meter DPL.
Menurut laporan F.M. Schnitger di Situs
Bukit Siguntang banyak ditemukan berbagai jenis tinggalan budaya masa lampau.
Seperti pada tahun 1920 daan 1928 di daerah kaki Bukit Siguntang ditemukan
beberapa fragmen batu granit dari sebuah arca, setelah disatukan fragmen
tersebut berasal dari sebuah arca Buddha
Sakyamuni. Di Bukit Siguntang ditemukan juga sebuah kepala arca Bodhisattwa, Arca Buddha Wairocana, sebuah prasasti, lempengan
emas berisikan ajaran Budha, serta pecahan keramik. Berikut merupakan
tinggalan-tinggalan yang didapat dari Bukit Siguntang.
a.
Arca Buddha Sakyamuni
Arca Budha Sakyamuni ini pertama kali ditemukan
dalam bentuk pecahan fragmen arca pada tahun 1920an, bagian kepala pertama kali
ditemukan (yang kemudian di simpan di Museum Nasional Jakarta), kemudian
setelah bagian badan ditemukan bagian kepala dan bagian lainnya di satukan arca
Buddha itu berukuran tinggi 277 cm, lebar bahu 100 cm, dan tebal 48 cm yang
terbuat dari bahan batu granit yang diambil dari Bangka.
Arca Budha Bukit Siguntang ini
digambarkan memakai jubah transparan yang menutupi kedua bahu, berambut
keriting dan bersanggul (usnisa), dan
di dahinya terdapat bulatan (urna).
Gaya seni arca ini dimasukkan ke dalam seni Amarawati yang berkembang di India
Selatan pada abad ke 2-5 Masehi. Berdasarkan pertanggalan temuan
Gambar 6. Arca Budha Sakyamuni (Dokumentasi Pribadi)
barang lainnya diperkirakan arca ini berasal
dari abad ke 7-8 M. Arca ini sekarang di tempatkan di halaman Museum Sultan
Mahmud Badaruddin II.
b. Fragmen kepala Arca Boddhisatwa
Kepala
Arca budha ini digambarkan dengan rambut yang tersisir rapi dengan seutas pita
yang berhiaskan kuntum bunga. Menurut Schnitger, arca kepala arca ini merupakan
bagian badan arca yang juga ditemukan didaerah Bukit Siguntang. Arca ini
digambarkan memakai selempang lebar yang memberi kesan bahwa arca ini merupakan
tokoh lokeswara.
Gambar 7.
Dokumentasi Kemendikbud.
c. Arca Buddha Wairocana
Pada tahun 1990,
di kaki sebelah selatan Bukit Siguntang ditemukan sebuah arca perunggu oleh
seorang anak. Arca itu ditemukan di pintu perkarangan dalam keadaan terpendam
sebagian. Karena menarik perhatian maka benda tersebut digali. Arca yang
berhasil diangkat tersebut merupakan arca Budha lengkap dengan prabha dan Payung (Pemda Tingkat 1,
1994:14)
Gambar 8. Arca Buddha Wairocana (Dokumentasi
Kemendikbud)
d. Prasasti Bukit Siguntang
Prasasti ini
ditemukan di kaki Bukit Siguntang pada tahun 1928. Prasasti batu ini dibentuk
datar, tetapi bagian yang ditulis terletak pada sisi yang sempit dengan ukuran
tinggi 56 cm dan lebar sekitar 17 cm. Prasasti batu ini ditulis dalam bahasa
melayu kuno dan huruf pallawa. Prasasti ini berisikan 21 baris mengenai kisah
perang besar yang terjadi dan kutukan bagi mereka yang berbuat kesalahan.
Prasasti ini sekarang ditempatkan Museum Sriwijaya TWBKS (Utomo, Hanafiah, dan
Ambary. 2012:73)
Gambar 9. Prasasti Bukit Siguntang (Dokumentasi
Pribadi)
N
e. Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti ini ditemukan oleh Batenberg pada
tanggal 29 November 1920 di tempat suatu keluarga Melayu di Desa Kedukan Bukit,
di tepi sungai Tatang, anak sungai Musi, di kaki Bukit Siguntang. Prasasti ini
terdiri dari sepuluh baris dipahat pada sebuah batu bundar ukuran paling
panjangnya 45 cm dan kelilingnya 80 cm. (Coedes dan Damais, 1999:52).
Prasasti kedukan bukit berangka tahun
682 M. Prasasti ini dikenal juga
prasasti Sriwijaya I, dan sekarang disimpan di Museum Nasional, Jakarta dengan
nomor D.146. Replika Prasasti ini dapat ditemukan di Museum Sriwijaya TWBK dan
Museum Balaputeradewa Palembang. Prasati ini menjadi sangat penting karena
isinya menceritakan pendirian wanua atau
perkampungan oleh Dapunta Hyang dan pengikutnya yang kemudian mengindikasikan
pendirian awal perkampungan dan kerajaan Sriwijaya di kota Palembang (Utomo,
Hanafiah, dan Ambary. 2012:39-40).
Tinggalan-tinggalan yang ditemukan di daerah Bukit
Siguntang mengindikasikan wilayah ini pada masa Kerajaan Sriwijaya menjadi
tempat religius yang bersifat Buddhis di wilayah Palembang.Sumber:
1. _____.1994. Situs-situs Masa Klasik di Kota Palembang. Palembang: Pemda Tingkat
I Prov. Sumatera Selatan.
2. Utomo, Bambang Budi, dkk. 2012. Kota Palembang: Dari Wanua Sriwijaya Menuju
Palembang Modern. Palembang: Pemerintah Kota Palembang.\
3 ._____. 2007. Menelusuri Jejak-Jejak Peradaban Di Sumatera Selatan. Palembang:
Balai Arkeologi Palembang.
4. Poesponegoro. M.D. dan Nugroho
Notosusanto. 2010. Sejarah Nasional
Indonesia II: Zaman Kuno. Jakarta: Balai Pustaka.