Perpecahan Sarekat Islam
Perpecahan
dan kemunduran Sarekat Islam
Oleh: Azuar Anas
Antara tahun 1918-1921, hubungan SI terjalin baik
dengan PKI dan berhasil memberikan kontribusi penting terhadap serikat-serikat
buruh dalam meningkatkan kondisi dan upah para anggotanya. Sempat SI dan PKI
membentuk semacam federasi pada tahun 1919, namun pemimpin serikat kerja dari
CSI (Surjopranoto) yang menjabat wakil federasi, menggugat kepemimpinan Semaoen
dalam federasi tersebut melalui berbagai pemogokan. Sejak saat itu, munculah
pertikaian terbuka SI dan PKI (Ricklefs, 2005: 364).
Bulan Juli dan Agustus 1930 hubungan PSII dengan
golongan nasionalis non agama memburuk dikarenakan terdapat serangkaian tulisan
di surat kabar Soeara Oemoem yang ditulis oleh banyak anggota
PPPKI.Tulisan-tulisan tersebut ditafsirkan sebagai penghinaan terhadap
keyakinan PSII.Hal tersebut menyebabkan tanggal 28 Desember 1929(tidak menunggu
kongres) PSII mengumumkan keluar dari PPPKI[1]. (Poesponegoro, 2011:
345).
Perselisihan antara anggota pengurus besar partai yairu
Cokroaminoto dan H.Agus Salim dengan dr.Sukiman Wiryosanjoyo dan Suryopranoto
mengakibatkan perpecahan dalam tubuh PSII.Maka tahun 1933 Dr.Sukiman
Wiryosanjoyo dan Suryopranoto dipecat dari PSII.Pertengahan bulan Mei 1933
berdiri partai baru di Yogyakarta bernama Partai Islam Indonesia(Parii).Partai
ini bertujuan ke arah harmonis dari nusa bangsa atas dasar agama islam dan pada
waktu itu Parii dipimpin oleh dr.Sukiman namun partai ini berumur pendek.Tahun
1935 Cokroaminoto meninggal dunia,dan muncul suara-suara bahwa Parii mau
bergabung lagi dengan PSII.Namun,untuk bergabung kembali masih ada halangan
karena H.Agus Salim menjadi ketua PSII menggantikan Cokroaminoto (Al Anshori, 2007: 98-99).
Perselisihan antara anggota pengurus besar partai yairu
Cokroaminoto dan H.Agus Salim dengan dr.Sukiman Wiryosanjoyo dan Suryopranoto
mengakibatkan perpecahan dalam tubuh PSII.Maka tahun 1933 Dr.Sukiman
Wiryosanjoyo dan Suryopranoto dipecat dari PSII. H.Agus Salim menghendaki agar
PSII bekerjasama dengan pemerintah yang sebelumnya PSII bersikap nonkooperasi
yang menyebabkan PSII dibatasi geraknya.Sehingga tanggal 7 Maret 1935 H.Agus
Salim mengusulkan agar PSII membuang sikap nonkooperasi. Hal tersebut
mengakibatkan perpecahan dalam pimpinan PSII (Posponegoro, 2011: 346-347).
Pada tanggal 13 Februari PSII memecat kaum oposisi
dengan alasan bahwa tindakan mereka bertentangan dengan hukum dan sumpah partai
yang membuat 29 tokoh terkemuka PSII dipecat termasuklah H.Agus Salim.
Selanjutnya kongres ke 23 di Bandung yang diadakan tanggal 19-25 Juli 1937
antara lain memutuskan mencabut pemecatan atas anggota yang telah dikeluarkan
dari PSII.Mereka diberi kesempatan untuk kembali ke PSII.Maka,pada 17 September
1937 PSII bersatu kembali dengan partai asal.Mereka yang kembali bergabung ke
PSII yaitu dr.Sukiman,Wali Al-Fatah dan lainnya. Namun perdamaian dengan
golongan ini(dr.Sukiman)tidak berlangsung lama (Poesponegoro, 2011: 347).
Kartosuwiryo yang membuat pengurus PSII Marah.Ia telah
menulis brosur yang terdiri dari dua jilid tentang hijrah tanpa membicarakannya
lebih dulu dengan Abikusno.Kartosuwiryo dan beberapa temannya temannya telah
menyatakan bantahannya dengan cara yang dipandang tidak baik atas tindakan PSII
menggabungkan diri dalam Gapi.Kartosuwiryo menolak menghentikan penerbitan
tulisan itu dan ia mendapat dukungan dari beberapa cabang PSII di Jawa
Tengah,sehingga Kartosuwiryo dan 8 cabang PSII di Jawa Tengah dipecat dari
partai tahun 1939.Permulaan tahun 1940 Kartosuwiryo mendirikan Komite
Pertahanan Kebenaran PSII sehingga berdirilah PSII kedua,dalam hal ini bendera
dan nama PSII dipakai dengan menggunakan asas dan anggaran dasar yang sama.
Namun,kesempatan untuk berkembang lenih lanjut lagi terhambat karena keadaan
perang.Maka tanggal 10 Mei 1940 karena keadaan darurat habislah riwayat kedua
partai tersebut dibidang politik (Poesponegoro, 2011: 349).
Daftar
Pustaka
Al
Anshori,M.Junaidi.Sejarah Nasional
Indonesia.Jakarta:PT.Mitra Aksara,2007.
Kartodirdjo,Sartono.Pengantar Sejarah Indonesia Baru: sejarah
pergerakan nasional dari kolonialisme sampai nasionalisme,Jilid 2.Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama,1999.
Noer,Deliar.Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942.Jakarta:LP3ES,1980.
Poesponegoro,Marwati
Djoened.Sejarah Nasional Indonesia V:
zaman kebangkitan nasional dan masa Hindia Belanda.Jakarta:Balai
Pustaka,2011.
Pringgodigdo
SH, A. K. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian
Rakyat_Anggota IKAPI, 1994.
Ricklefs,M.C.
Sejarah Indonesia Modern.Terj.
Dharmono Hardjowidjono. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press,2005.
[1] Alasan SI keluar dari PPPKI yaitu karena
Pasal 1 Anggaran Dasar PPPKI berlawanan dengan anggaran dasar PSII yang
memperbolehkan keanggotaan bagi semua orang islam apa pun kebangsaannya.Juga
karena kelompok studi umum di Surabaya kurang menghormati agama Islam.