Sarekat Islam : Sebuah Ukhuwah Islamiyah Indonesia
Sarekat Islam : Islam dan Sebuah Persatuan
Rigo, Ruli, dan Nuzon
Tahun 1909 Tirtoadisurjo
mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Batavia [1].Perkumpulan ini semakin berkembang
pesat ketika Tjokroaminoto memegang tampuk pimpinan dan mengubah nama
perkumpulan itu menjadi Sarekat Islam.Kata “Dagang” dalam Serikat Dagang Islam
dihilangkan dengan maksud agar ruang geraknya lebih luas tidak dalam bidang
dagang saja (Ricklefs,2005:252).
Dalam
perkembangan awalnya SI merupakan suatu “banjir besar” dalam artian bahwa massa
dapat dimobilisasi serentak secara besar-besaran, baik dari kota-kota besar
maupun pedesaan.Sejak empat tahun didirikan keanggotaannya sudah mencapai
360.000 orang dan menjelang tahun 1919, keanggotaannya telah mencapai hampir dua
setengah juta, dan program kebangsaannya yang militan benar-benar dibuktikan
untuk memperoleh kemerdekaan penuh (Kartidirdjo,1999:107).
Sarekat
Islam meratakan kesadaran nasional terhadap seluruh lapisan
masyarakat, atas, tengah dan rakyat biasa diseluruh tanah air,terutama melalui
kongres Nasional Sentral Islam di Bandung pada 1916.Perkembangan Sarekat Islam
dapat dibagi menjadi empat bagian:periode pertama, 1911-1916 memberi corak dan
bentuk bagi partai, kedua, 1916-1921 dapat dikatakan merupakan periode
puncak; ketiga, 1921-1927, periode konsolidasi, keempat, 1927-1942, yang
memperlihatkan usaha partai untuk tetap mempertahankan eksistensinya di forum
politik Indonesia (D.Noer,1980:114-115).
Pada periode antara tahun 1911-1923 Sarekat Islam menempuh
garis perjuangan parlementer dan evolusioner. Artinya, Sarekat Islam mengadakan
politik kerja sama dengan pemerintah kolonial. Namun setelah tahun 1923,
Sarekat Islam menempuh garis perjuangan nonkooperatif. Artinya, organisasi
tidak mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial, atas nama dirinya sendiri
(L.M.Sitorus,1987:21).
Terdapat alasan berdirinya organisasi ini yaitu kompetisi
tinggi pada bidang perdagangan batik, terutama dengan golongan Cina dan sikap
superioritas orang Cina terhadap orang pribumi sehubungan dengan berhasilnya
revolusi Cina dalam tahun 1911. Hal ini sebagai akibat dari digantinya tekstil
pribumi dengan bahan-bahan yang diimpor dan dibeli oleh para pembatik dari
pedagang perantara Cina, maka seluruh industri batik beralih ke tangan orang
Cina. Untuk mempertahankan diri terhadap praktek-praktek orang Cina, para
pedagang batik Jawa akhirnya bersatu pada tahun 1911 dan mendirikan SI, hal ini
dikemukakan oleh Van Niel(D.Noer,1980:114).
Latar belakang dibentuknya
perkumpulan ini adalah reaksi terhadap monopoli penjualan bahan baku oleh
pedagang China yang dirasakan sangat merugikan pedagang Islam. Namun, para
pendiri Sarekat Islam mendirikan organisasi itu bukan hanya untuk mengadakan
perlawanan terhadap orang-orang Cina namun untuk membuat front melawan
penghinaan terhadap rakyat bumi putera.Juga merupakan reaksi terhadap rencana
krestenings politik (politik pengkristenan) dari kaum Zending,perlawanan
terhadap kecurangan-kecurangan dan penindasan-penindasan dari pihak ambtenar[2] bumi
putera dan Eropa.Pokok utama perlawanan Sarekat Islam ditujukan terhadap setiap
bentuk penindasan (Poesponegoro,2011:343).
Jika
ditinjau menurut anggaran dasarnya,maka tujuan organisasi ini dapat dirumuskan
seperti berikut:mengembangkan jiwa dagang:membantu para anggota yang mengalami
kesulitan dalam bidang usaha;memajukan pengajaran dan semua usaha yang menaikkan
derajat rakyat bumiputera;menentang pendapat-pendapat yang keliru mengenai
agama Islam,SI terang tidak berisikan politik,namun dari seluruh aksi perkumpulan
itu dapat dilihat bahwa Sarekat Islam tidak lain melaksanakan suatu tujuan
ketatanegaraan;serta tujuan lainnya yaitu hidup menurut perintah agama (Poesponegoro,2011:344).
SI
terpecah menjadi beberapa kelompok,walaupun arti penting sepenuhnya kelompok-kelompok
tersebut belum jelas.Kelompok yang beraliran kiri yang dipimpin oleh cabang
Semarang berusaha keras mendapatkan kekuasaan.Di Jawa Barat suatu cabang
revolusioner rahasia yang diberi nama ‘Afdeeling B’[3]
mulai didirikan oleh Sosrokardono dari CSI dan beberapa aktivis lainnya
tahun 1917.Sementara itu,CSI mengharapkan dapat menjalankan kegiatan politik
yang sah di dalam Volksraad (Ricklefs, 2005: 262-263).
D.M.G. Koch mengemukakan terdapat
tiga aliran dalam tubuh Sarekat Islam yaitu yang bersifat islam fanatik,yang
bersifat menentang keras dan golongan yang hendak berusaha mencari kemajuan
dengan berangsur-angsur dengan bantuan pemerintah.Akan tetapi,apabila cita-cita
tidak adil terhadap rakyat Indonesia,kerohanian Sarekat Islam tetap demokratis
dan militan(sangat siap untuk berjuang).Beberapa aspek perjuangan berkumpul
dalam tubuh SI sehingga ada yang menyebut SI merupakan “gerakan
nasionalistis-demokratis-ekonomis’. (Poesponegoro, 2011:
344).
[1]. Tirtoadisurjo adalah seorang lulusan OSVIA
Tahun 1911 dia mendirikan suatu organisasi semacam itu lagi di Buitenzorg
(Bogor).Di tahun yang sama dia mendorong seorang pedagang batik bernama Haji
Samanhudi untuk mendirikan Sarekat Dagang Islam(SDI) sebagai suatu koperasi
pedagang batik anti Cina dikota Solo
[2]. Ambtenaar adalah orang-orang
yang bekerja sebagai pegawai negeri.
[3]. Afdeling B merupakan suatu organisasi yang tertutup atau organisasi
bawah tanah yang secara resmi tidak mempunyai hubungan apapun dengan SI.